Roller Coaster 2021

Ditolong Mama Tina dan Om Marten Obinaro saat terdampar di Warkabu Raja Ampat. 19 Feb 2021

Tahun 2021 akan berganti sebentar lagi. Perlukan ritual pergantian kalender ini kita rayakan? Bagi saya, mungkin ini hanyalah sebagai sebuah penanda untuk sejenak melihat kebelakang dan mencoba belajar dari apa yang sudah terjadi 365 hari yang lalu. Perjalanan panjang di tahun 2021 saya rasakan seperti berlari jarak jauh yang cukup menantang dan memacu adrenalin. Bagian dari pendewasaan diri yang semakin menua.

Masih dalam nuansa pandemi covid 19 sejak Maret 2020 dengan berbagai tantangannya yang memaksa kita untuk beradaptasi. Tahun 2021 memberi banyak warna dan kisah.

Saya berhenti kerja di CI Indonesia sejak Agustus 2020 karena program dan kontrak yang selesai. Berkurangnya setengah pemasukan keluarga pada masa pandemi tentu harus dibarengi dengan adaptasi dalam pola hidup. Bersyukur bu Rara masih bekerja meskipun terkena pemotongan gaji hingga 50% karena industri pariwisata bidang kerjanyalah yang paling terdampak karena pandemi.

Saat belum memiliki pekerjaan tetap saya mencoba menggerakan Patradesa sambil berusaha mencari pekerjaan yang bisa digarap dan jadi sumber pemasukan. Beruntung ada tawaran untuk membantu CI Indonesia program Papua Barat untuk pekerjaan singkat dengan durasi 4 bulan. Pekerjaan ini mengantarkan saya kembali bisa mengunjungi Raja Ampat dan kawan-kawan di Papua. Sebuah pengalaman terdampar saat bekerja di Raja Ampat saya tulis disini.

28 Maret 2021 Keluarga Prasdana bertambah anggota baru dengan kelahiran Nyoman Tapa Prasdana. Putra ketiga kami. Meskipun keadaan ekonomi sedang sulit, berbekal keyakinan bahwa anak membawa karmanya sendiri, saya dan bu Rara bisa melewati proses kelahiran dengan lancar. Beruntung keluarga dan banyak teman memberu bantuan. Proses persalinan Tapa dibantu dokter Hariyasa, yang juga membantu kelahiran kakak-kakanya Galang dan Jati. Uniknya Tapa juga mendapat kamar yang sama dengan Galang dan Jati setelah dari ruang bersalin di RS Wings Amerta Sanglah.

Semenjak Saya berangkat kerja ke Papua bulan Februari 2021 Bu Rara, Galang, dan Jati kembali tinggal di kampung. Membuat rumah #blokz4 tidak terawat dengan baik. Namun itulah solusi yang tepat untuk saat itu. Bapak dan Meme bisa membantu merawat dan menjaga cucu-cucunya. Pertolongan yang sangat kami butuhkan saat itu. Selain untuk menghemat pengeluaran bulanan seperti biaya dapur dll 🙂

Setelah Tapa berumur 3 bulan, kami memutuskan untuk kembali tinggal di Sidakarya bertepatan dengan upacara tigabulanan Tapa. Upacaranya sedikit berbeda dengan Galang dan Jati. Tigabulanan Tapa kami laksanakan di Sidakarya dengan pertimbangan pelaksanaan PPKM dan penghematan biaya. Seperti sebuah alur semesta yang tidak bisa direncanakan, Seminggu sebelum upacara tigabulanan Tapa, adik Kakek saya yang paling kecil meninggal dunia di kampung Tabanan. Sehingga pelaksanaan tigabulanan Tapa di Sidakarya adalah keputusan yang tepat. Dari sisi pengeluaran biaya upacara juga bisa ditekan hingga hampir 50% dari biaya upacara tigabulanan Galang dan Jati. Meskipun kami tetap berhutang dan disubsidi untuk pelaksanaan upacaranya, saya pribadi merasa lebih iklas 🙂

Foto Keluarga saat tigabulanan Tapa Prasdana. 11 Juli 2021

Bulan Agustus 2021 saya mendapat pekerjaan untuk melakukan survei dampak pandemi covid19 di Kabupaten Klungkung. Hal ini mengantar saya bisa mengunjungi kawan-kawan lama di Nusa Penida. Selain itu saya mendapat banyak cerita bagaimana pandemi covid telah mengubah hidup banyak orang. Memaksa orang untuk beradaptasi dan berinovasi agar tidak frustasi dengan situasi. Ketergantungan akan pariwisata yang begitu dominan menjadi bumerang. Pengetahuan lokal tentang ketahanan dan keberagaman pangan yang diwariskan nenek moyang perlu kembali dipelajari sebagai bekal menghadapi pandemi.

Menjelang akhir tahun 2021, saya beberapa pekerjaan lepas yang cukup bisa memberi nafas untuk keseimbangan keuangan yang setahun ini berat sebelah. Beberapa pekerjaan yang secara kemampuan bisa saya katakan saya tidak mahir. Namun berkat dukungan dan bantuan kawan-kawan saya diberikan kesempatan untuk terus belajar. Mulai dari mengambil data untuk penelitian kualitatif, melakukan evaluasi program pendampingan masyarakat, memfasilitasi penyusunan rencana kerja, hingga memfasilitasi rencana strategis dan pengembangan komunitas.

Dari perjalanan di tahun 2021 saya bersyukur keluarga dan kawan-kawan dekat tetap sehat dan bisa bertahan dalam masa pandemi covid19. Tahun 2021 mengajarkan dan mengingatkan saya untuk menentukan dan mengutamakan prioritas diri dan hidup.

Kita tidak pernah tahu kapan dan bagaimana kita akan tutup usia. Selagi diberi kesempatan, pergunakan dengan sebaiknya untuk mengerjakan prioritas diri agar tidak menyesal nanti. Bukan tentang hasil akhir, namun kemauan untuk berproses dan belajar dalam setiap situasi dan kondisi.

Selamat Tahun Baru 2022 dari saya dan keluarga Prasdana yang berusaha untuk sanggup melewati hari-hari yang tak pasti. Semoga semua tetap sehat dan lebih baik.

Leave a Reply