Pelit adalah Naluri

Galang (4 tahun) sering kali berusaha menghabiskan makanan atau minumannya dengan cepat ketika orang lain (Bapak, Ibu, Kak, atau Mbah) menggoda dengan meminta sedikit apa yang dia konsumsi/nikmati. Kadang hal ini cukup mengkwatirkan karena mulutnya akan langusng dijejali dengan makanan/minuman yang hampir melebihi daya tampungnya. Saya kwatir dia tersedak atau muntah.

Saya amati perilaku tersebut sejak Galang berumur sekitar 2 tahunan, ketika dia mulai lancar berkomunikasi. Sejak mengetahui hal itu, kami (bapak & ibu) selalu berusaha untuk memberitahunya bahwa kita harus berbagi apapun yang kita miliki dengan orang lain. Awalnya Galang selalu bertanya, mengapa dia harus berbagi? Sekenanya saya mencoba menjelaskan bahwa keluarga harus saling berbagi karena kita hidup bersama. Tentu penjelasan yang tidak mudah diterima anak-anak.

Dari pengamatan saya, pelit atau keengganan untuk berbagi makanan, minuman, atau hal lain dalam penguasaannya anak (termasuk mainan atau televisi) merupakan naluri alami. Saya dan ibu-nya tidak pernah mengajarkan untuk pelit. Kami berusaha memberi contoh berbagi makanan/benda dan mengulang-ulang memberi tahu bahwa sebagai keluarga kita harus berbagi. Sering kali setelah diberi ‘kalimat penekanan’ kita harus berbagi, kemudian Galang mau berbagi dengan tampang cemberut atau hanya memberi sedikit. Bayangkan 1 biskuit regal dibagi 32, ilustrasinya begitu, biar kebayang sedikit itu seberapa. Hehehe…

Kami juga sering menguji (artinya tidak benar-benar ingin meminta apa yang Galang konsumsi), hanya ingin tahu bagaimana reaksinya. Kadang makanan, mainan, buku cerita, remote tv, atau henpon yang sedang dipakai main. Ketika dia enggan berbagi dengan cuek pura-pura tidak mendengar, atau lari menjauh/menghindar, disitu saya mengeluarkan kalimat penekanan; Galang, kita harus berbagi, karena kita keluarga (kadang dalam bahasa Bali atau bahasa Inggris). Biasanya dalam 2-3x pengulangan kalimat itu dia mulai luluh dan mau berbagi. Walau tampaknya dengan terpaksa. 

Saat seperti itu kadang saya bingung, apakah saya terlalu memaksa anak mengikuti perintah untuk berbagi? atau itu adalah bagian dari proses membangun kebiasaan berbagi dan mengendalikan naluri pelitnya. Tapi yang saya yakini dia belajar sesuatu. Ketika menginginkan sesuatu yang dikuasai bapak, ibu, kakek, atau mbah-nya, Galang akan mengatakan “share please. Remember, we are family, we have to share.” 

Huff… Kadang pejaran yang didapat tidak sesuai dengan mata pelajarannya. Hehehe.. yang penting belajar ya nak.

Leave a Reply