Memasuki tahun ajaran baru pendidikan, Bapak dan Ibu masih bingung mesti memilih jalur pendidikan untuk Galang yang sebentar lagi berusia 7 tahun. Terlebih saat ini masih pandemi covid19, dimana metode pembelajaran sekolah formal juga masih menggunakan pembelajaran jarak jauh atau daring. Bapak sedari awal ingin menerapkan pendidikan homeschooling untuk Galang, Jati, dan Tapa. Namun, belum menemukan kata sepakat dan kebulatan tekad bersama ibu.
Jadilah kita coba eksplorasi berbagai hal tekait homeschooling, mencari referensi dan mencoba-coba mempraktikan di rumah semampunya. Belakangan bapak menemukan Sekolah Murid Merdeka, sebuah sekolah (yayasan) yang menggunakan metode pembelajaran online dipadukan dengan tugas dan interaksi bersama teman dan orang tua siswa. Berbekal informasi inilah Bapak coba mendaftarkan Galang mengikuti uji coba kelasnya.
Hari ini #GalangPrasdana ikut kelas online pertamanya. Materi belajarnya menggunakan media roti lapis. Orang tua diminta menyiapkan bahan dan alatnya seperti roti tawar, sayuran, telur dadar dan keju. Sebelum membuat roti lapis, dibahas dulu bahannya, kandungan gizi serta manfaatnya untuk tubuh. Kemudian peserta dipandu untuk membuat membuat roti lapis. Galang sangat antusias mengikuti sesi praktinya. Mungkin karena akan makan roti lapis setelahnya 😀
Setelah roti lapis jadi kemudian dipotong menjadi 8 bagian dan digunakan untuk mengenal konsep penambahan dan pengurangan dengan memindahkan potongan roti ke piring yang berbeda. Dari satu kegiatan membuat roti lapis ada beberapa pelajaran yang bisa disisipkan seperti biologi/nutrisi, matematika, dan ketrampilan anak-anak.
Selama kelas Galang masih terkendala bahasa. Banyak kata yang blm dimengerti dan kalimat yg membingungkannya. Gapapa Yan, bingung tandanya butuh belajar kan?! Hehe… Hal ini karena keseharian Galang menggunakan Bahasa Inggris dan jarang berinteraksi dengan penutur Bahasa Indonesia. Dengan kakek dan nenek serta keluarga di Kampung Galang lebih familiar dengan Bahasa Bali.
Selain itu Galang masih malu untuk berinteraksi dengan teman barunya. Dia meminta untuk tidak mengaktifkan kamera. dan lebih banyak mengamati tingkah polah anak-anak peserta lainnya. Kelas berlangsung sekitar 1 jam dimana tidak banyak diskusi dan interaksi antar siswa. Ya inilah salah satu keterbatasan belajar online/daring. Hal ini bisa digantikan dengan pendampingan oleh orang tua saat kelas berlangsung.
Bagi Bapak, metode belajar Sekolah Murid Merdeka ini cukup baik, namun memang peran pendampingan orang tua memang harus intens untuk anak jenjang kelas 1 SD. Hal yang sesuai dengan harapan Bapak menerapkan pendidikan Homeschooling untuk keluarga Prasdana 🙂
Kedepan saya akan coba bagikan pengalaman mengikuti kelas lainnya di Sekolah Murid Merdeka.