Sudah masuk minggu ketiga hibauan untuk bekerja dari rumah karena adanya pandemi Covid19 (virus corona). Kebetulan kantor saya dan Rara juga menerapkannya. Untuk saya, kegiatan-kegiatan pendampingan Desa di Karangasem sementara tidak bisa dilaksanakan dan hanya bisa mengerjakan pekerjaan dari laptop seperti laporan lapangan, modul pendampingan, dan pekerjaan dokumen lainnya.
Rara juga bekerja dari rumah, karena memang dia di bagian reservasi event (biasanya wedding) di kantor villa management. Kebayang stress-nya karena banyak event dan bookingan yang harus di cancel dan diundur karena pandemi covid19. Industri pariwisata memang terpukul berat saat ini. Tetap bersyukur Rara tidak sampai di PHK dan hanya kena pemotongan gaji. Semoga saja situasi segera membaik dan kembali normal, meski saya tidak yakin pulih dalam waktu dekat.
Oya, kembali bahas kerja dari rumah. Buat saya bukan hal yang baru, karena dulupun sudah sering melakukannya ketika masih di Sloka Institute. Tentu saja keadaannya berbeda sekarang. Dulu masih bujang, sekarang sudah berkeluarga dengan ada 2 anak. Seminggu pertama bekerja dari rumah bertepatan dengan hari raya Nyepi. Jadi tidak begitu terasa karena memang banyak liburnya. Nyepi kali ini pun dilaksanakan 2 hari karena sejalan dengan kebijakan pengurangan aktivitas keramaian dan menjaga jarak. Harapan untuk Nyepi pernah saya tulis dalam status FB 2 tahun lalu, dan tahun 2020 ini menjadi kenyataan. ๐

Minggu kedua bekerja dari rumah kami memutuskan sekalian untuk mulai pindah dan menempati rumah di Sidakarya. Kepindahan ini memang direncanakan awal tahun ini, hanya saja terkendala belum menemukan pengasuh yang tepat untuk anak-anak saat kami tinggal bekerja. Kebetulan ada kebijakan bekerja dari rumah untuk kantor kami (saya dan Rara) sehingga kami memutuskan untuk sekalian pindah dan tinggal di blok z. Bekerja dari rumah, mengasuh anak-anak, dan sekaligus mengurus rumah yang baru ditempati menjadikan keseruan tersendiri belakangan ini.
Prioritas pertama tentu saja melengkapi rumah agar nyaman, aman dan layak ditempati terutama untuk anak-anak. Bagaimanapun pindah rumah adalah pengalaman yang baru mereka. Hal ini untuk memudahkan adaptasi mereka terhadap lingkungan baru bagi mereka.
Dapur menjadi fokus utama. Untuk mengurangi bepergian ke luar rumah kami perlu menyediakan bahan masakan untuk makan setiap hari. Sebelumnya kami tinggal bersama orang tua saya di kampung, jadi urusan dapur seringkali sudah dibereskan ibu yang setiap hari berjualan ke pasar. Kami pun sebelumnya jarang masak, lebih sering makan diluar (saat bekerja) dan masak hanya untuk makanan anak-anak atau saat wiken. Semenjak di Sidakarya dan bekerja dari rumah, kami (lebih sering Rara) setiap hari masak, kadang 2 kali untuk makan siang dan malam.

Kemudian menyiapkan kamar agar anak-anak betah di dalam rumah. TV yang terhubung dengan internet menjadi kebutuhan wajib, hal ini agar anak-anak tidak menggangu saat kami bekerja menggunakan henpon atau laptop. Terutama Jati (2 tahun) yang belum bisa diarahkan dan suka merengek meminta diputarkan Blippi di youtube. Dan mesti rela youtube di TV isinya film kartun seharian ๐
Seminggu ini kami berupaya menemukan pola dan keseimbangan dalam bekerja, mengasuh, dan mengurus rumah. Kadang harus bergantian untuk menemani anak-anak saat yang lain harus didepan laptop. Tantangan bekerja dari rumah tentu saja tingkat produktifitas. Banyak to do list yang terlewat dan akhirnya menumpuk karena saat kerja terdisktraksi oleh lingkungan sekitar. Perlu siasat khusus untuk hal ini. Jam tidur siang anak-anak adalah waktu singkat yang harus bisa kami optimalkan untuk menyelesaikan pekerja kami masing-masing. Atau kalau gak ngantuk ya melanjutkan nyicil saat anak-anak sudah tidur malam hari. Tapi sekarang saya tidak terlalu kuat begadang, jam 11 sudah mulai mengantuk. Mungkin karena seharian sudah beraktifitas bersama anak-anak. Atau mungkin belum jadi kebiasaan lagi ๐
Mengurangi intensitas anak-anak menonton youtube juga menjadi tantangan tersendiri. Bagaimanapun youtube dan gadget (untuk Galang) cukup membantu menyibukan mereka saat kami harus bekerja dari rumah. Saya sudah instal aplikasi family link di henpon yang dipakai Galang, lain kali saya ceritan khusus soal ini.
Bekerja dari rumah memberi saya dan Rara lebih banyak waktu untuk berinteraksi dan berkomunikasi tentang rumah, pekerjaan dan anak-anak. Sesekali kami tentu bosan juga dirumah. Rara memilih melakukan olah raga bersama (online) dengan teman-temannya sekitar 30 menit di pagi hari setelah memasak. Saya melengkapi rumah dengan alat rumah tangga seperti memasang filter air, merakit jemuran dan gantungan baju serta membuat komposter sampah.

Sedikit demi sedikit kami membentuk pola dan ritme bekerja dari rumah . Semoga kita diberikan kesehatan selalu dan pandemi covid19 ini cepat berlalu. Meskipun kami belum punya bayangan bagaimana akan mengasuh anak-anak nantinya jika sudah kembali harus bekerja ke kantor atau ke Karangasem. Apakah mencari pengasuh di rumah, balik pulang kampung atau menggunakan jasa tempat penitipan anak (TPA)? Nanti akan ada jalannya. ๐
ya pasti ketemu jalannya! go go go.