Suatu saat Galang pernah meminta dibelikan game baru di hapenya. Biasanya Galang akan mendapat ‘hadiah’ game atau maianan yang diingikannya jika Galang telah melakukan syarat yang disepakati. Misalnya dalam beberapa hari rutin merapikan mainan, membersihkan rumah, atau membantu mencuci motor/mobil. Biasnya tugas yang saya berikan tidak terlalu sulit dan dapat diselesaikan dengan cepat. Tanpa sadar pola tersebut terbentuk dan Galang akan memanfaatkannya untuk memenuhi keinginannya akan mainan atau game di hape. Galang akan melakukan tugas yang diberikan dengan orientasi cepat selesai dan mendapatkan keinginnya. Hasilnya tentu saja tidak optimal, Galang mengerjakan dengan asal-asalan dan hanya berorientasi pada reward yang akan didapatkannya.
Beberapa kali proses latihan dan negosiasi, tentu saja saya menuntut hasil yang lebih baik tiap kali terjadi kesepakatan. Hal ini dirasa Galang lebih sulit karena dituntut untuk menyelesaikan tugas dengan baik bukan hanya cepat. Galang pun melakukan negosiasi dengan meminta game yang lebih mahal harganya untuk tugas dari kesepakatan barunya dengan saya.
Kadang saya tidak selalu siap dengan proses negosiasi dan permintaan Galang. Dengan singkat dan cepat saya katakan kalau saya tidak punya uang untuk membelikan mainan atau game yang dimintanya. Beberapa kali saya gunakan jurus dan jawaban yang sama dengan harapan Galang tidak lagi memintanya.
Tanpa disangka sebuah respon dari Galang akan jurus menghindar saya dengan alasan tidak punya uang diuji dengan pernyataan:
“Bapak kerja hampir tiap hari, bahkan dihari libur. Lalu sering kerja keluar kota sampai Papua berhari-hari, tapi sering mengatakan tidak punya uang. Sebenarnya Bapak kerja atau gak sih? Apa hasil kerja Bapak?” Tanyanya dengan nada penasaran bukan menghakimi.
Sontak respon dan pertanyaan Galang itu membuat saya sadar bahwa tidak cukup dengan alasan gampang “tidak punya uang” untuk menghentikan permintaan Galang akan sesuatu. Sehingga kelanjutannya saya pun menjelaskan panjang lebar soal kerja, hasil dari kerja, hingga prioritas keuangan keluarga. Galang hanya manggut-manggut mendengarkan penjelasan panjang saya. Saya rasa Galang belum mau mengerti, hanya ingin segera ceramah Bapaknya selesai dan dia bisa melanjutkan main game di hape.
Pengalaman ini membuat saya belajar lagi bahwa jawaban singkat sekenanya tanpa penjelasan yang utuh dan logis akan menyebabkan pertanyaan baru serta kesimpulan yang keliru.